Kalau kisah percintaan itu hanya
soal apakah 2 orang insan saling mencintai atau salah satunya bertepuk
sebelah tangan, mengapa begitu baaanyaak kisah roman yang dibuat selama
berabad-abad? Jawabnya, karena ada begitu baanyaak juga konflik yang
dapat terjadi di dalamnya. Love is often complicated, right? Tapi
ada alasan lain selain masalah konflik itu (karena meski banyak macam
konflik yang bisa terjadi, kalau karya roman sudah mencapai jutaan,
pasti kisah-kisahnya akan jadi klise kan lama-lama?). Alasan lain itu
adalah gaya bertutur dan cara penulisan seorang pengarang. Buku Remember
When ini sebenarnya juga salah satu buku yang menyajikan cerita
percintaan yang biasa-biasa saja menurutku, apalagi tokoh-tokohnya
adalah anak-anak SMU. Awalnya aku agak skeptis apakah aku tak akan
berhenti di tengah jalan sebelum menamatkan membaca buku hasil buntelan
dari Gagas Media ini? Namun, ternyata buku ini memiliki kekuatan lain
yang mampu mengimbangi kisah roman yang itu-itu saja, yaitu dari segi
penulisannya.
Winna
Efendi adalah salah seorang penulis Indonesia yang namanya mulai
menanjak karena cara penulisannya. Kisah cinta ABG yang biasanya
terkesan picisan, bisa menjadi indah lewat tangan Winna. Remember When
ini ditulis dari sudut pandang tokoh-tokohnya. Sehingga saat anda
membacanya, anda akan seolah-olah mengintip beberapa diary anak-anak SMU
dalam urutan kronologis, sehingga akhirnya anda akan mendapatkan
keseluruhan ceritanya lengkap dengan perasaan masing-masing individu
yang terlibat di dalamnya.
Tokoh
utama di buku ini adalah Freya, Gia, Andrian, Moses dan Erik. Semuanya
siswa SMU di sekolah yang sama, namun dengan karakter yang berbeda-beda.
Untuk mengenal karakter masing-masing tokoh, anda tinggal membaca saja
lembar demi lembar buku ini, karena lewat penuturan masing-masing tokoh,
anda akan mengenal mereka sekaligus mengikuti alur ceritanya. Freya
telah kehilangan ibu semenjak kecil dan yang menjadikannya introvert.
Namun ia berotak cemerlang meski berpenampilan amat sederhana. Freya
pacaran dengan Moses, sang ketua OSIS yang juga murid paling bersinar
dan doyan belajar. Cara berpacaran Freya dan Moses yang kaku meliputi:
belajar bersama, hunting buku di toko buku bekas, nongkrong di
perpustakaan. Sedangkan Gia dan Andrian yang juga berpacaran adalah
pasangan “selebriti” sekolah mereka. Andrian tampan, atletis dan jago
basket. Sementara Gia adalah kembang sekolah yang paling banyak
penggemarnya dan punya hobi melukis. Erik adalah sahabat sejati Freya
yang paling mengerti cewek ini, dan yang sesungguhnya diam-diam naksir
Gia.
Begitulah
mulanya… Sampai suatu saat salah satu dari mereka mendapat musibah,
kehilangan orang tua yang dikasihi. Sejak saat itu, atau mungkin memang
sudah berbenih sebelumnya, ia merasakan cinta yang lain. Dan ternyata
cinta itu tak bertepuk sebelah tangan. Karena ternyata cinta itu memang
bisa berubah, tatkala si manusianya juga berubah. Dan sebuah musibah
cukup dapat membuat seorang manusia berubah. Cinta ternyata bukan hanya
tumbuh karena kecocokan hobi dan bahan obrolan saja, tapi lebih jauh
lagi, cinta mampu terbit karena ada pemahaman yang sama. Dan celakanya,
cinta juga bisa datang kapan saja, tak peduli ketika kita sedang merajut
cinta dengan orang lain. Bahkan ketika cinta itu berpotensi
meluluhlantakkan sebuah persahabatan dengan kejamnya.
Kedewasaan
Freya, Andrian, Moses dan Gia akan teruji saat hati mereka semua sakit.
Apakah kebahagiaan diri sendiri layak untuk diperjuangkan kalau untuk
mendapatnya mereka harus mengorbankan kebahagiaan yang lain? Apakah
cinta layak diperjuangkan kalau harus mengorbankan persahabatan? Keempat
sahabat itu akhirnya harus menentukan pilihan masing-masing. Apapun
pilihan mereka pada akhirnya, perjalanan yang telah mereka lalui semasa
SMU layak menjadi kenangan, baik yang manis maupun yang pahit. Sehingga
suatu saat nanti ketika mereka telah dewasa, mereka dapat menatap foto
mereka bersama sambil mengingat saat itu, remember when…
Winna
Efendi telah berhasil merangkum kisah cinta yang biasa-biasa saja
menjadi enak untuk dinikmati. Bahkan sinopsis buku ini pun tertulis
dengan begitu indahnya:
“Apa pun yang kau katakan, bagaimanapun kau menolaknya, cinta akan tetap berada di sana, menunggumu mengakui keberadaannya.
Bagi kita, senja selalu sempurna; bukankah sia-sia jika menggenapkan warnanya? Seperti kisahmu, kau dan dia, juga kisahku, aku dan lelakiku. Tak ada bagian yang perlu kita ubah. Tak ada sela yang harus kita isi. Bukankah takdir kita sudah jelas?
Lalu, saat kau berkata, “Aku mencintaimu”, aku merasa senja tak lagi membawa cerita bahagia. Mungkinkah kata-katamu itu ambigu? Atau, aku saja yang menganggapnya terlalu saru?
“Aku mencintaimu,” katamu. Mengertikah kau apa artinya? Mengertikah kau kalau kita tak pernah bisa berada dalam cerita yang sama, dengan senja yang sewarna?
Takdir kita sudah jelas. Kau, aku, tahu itu.”
Judul: Remember When
Penulis: Winna Efendi
Penerbit: Gagas Media
Cetakan: 2011
Tebal: 248 hlm
0 komentar:
Posting Komentar