Hari ini, aku disini berjuang untuk
bertahan
Padamkan luka dan beban yang ada
yang tlah membakar seluruh jiwa
Ku coba resapi ku coba selami
segala yang telah terjadi
Ku ambil hikmahnya rasakan
nikmatnya
Ku coba untuk hadapi
26 November 2013.
Bunyi alarm dengan lagu
“I Will Survive” membangunkanku pagi itu. Aku merasa kembali lagi menjadi
manusia yang harus selalu bersyukur. Saat membuka mata, saat menghirup udara
pagi yang segar, saat aku terbangun, saat aku berdiri pada pantulan kaca.
Selayaknya manusia biasa aku akan terus bersyukur atas setiap pagiku, dan kini
saatnya aku mengecilkan aroma kesombongan dalam diriku.
Saat ini aku duduk
dibangku SMA, seperti biasa aku menunaikan kewajibanku sebagai pelajar. Memang
sudah seharusnya bagiankulah yang menjadi salah satu kebanggaan ayah dan ibuku.
Entah dengan cara apapun itu, asal selalu berada di jalan-Nya aku selalu ingin
dan ingin menjadi yang terbaik untuk mereka. Betapa hangatnya kelembutan
mereka. Kau selalu ada disaat jiwaku rapuh- Tanpanya aku takkan bisa survive di
dunia ini.
Pernah terbayang olehku
jika hidup tanpanya, sepertinya dunia akan gelap. Pernah terbayangkan bukan?
saat sedang menikmati suasana malam dengan sinar cahaya dan ditemani hujan,
tiba-tiba saja terhenti oleh padamnya cahaya. Jika lampu yang menyala mati
secara tiba-tiba. Apa yang kau rasakan? Apa yang kita rasakan? “Kesal!”
“Sebal,kan?” Sedang asyik-asyiknya menikmati suasana tiba-tiba henti seketika.
Itulah yang pernah aku bayangkan tentang mereka, ya tentang orang tuaku. Namun
aku tak peduli soal itu, aku merasa Tuhan Adil dan mengetahui segala cara untuk
menyelamatkan hidup ini.
Saat itu pelajaran
Biologi. Sejenak aku dan teman-teman mendapatkan renungan tentang mereka.
“Kalian harus bersyukur memiliki orang tua lengkap!” nasihat Bu Guru pada kami.
Sempat sesaat,
jantungku tiba-tiba tersendat mendengar kalimat yang diucapkannya, seperti ada
rasa sakit dan ada rasa yang mengganjal. Tubuhku melemas, dan seketika aku
keringat dingin, namun aku tak terlalu mempedulikan soal itu. “Ayah dan Ibuku
ada dirumah!” kataku dalam hati. Pikiranku berkeliaran tak menentu saat itu,
serasa ada yang membuntuti untuk memberitahu sebuah peringatan kepadaku, namun
aku merasa biasa saja. Debaran jantungku berdegup menjadi lebih kencang
sepertinya jika diukur kecepatannya melebihi kecepatan cahaya yang melintas
pesat. Ah! Lagi-lagi istighfarlah yang menenangkanku.
“Astaghfirullah al
adzim”
“Jika salah satu orang tuaku mendahuluiku, entah itu
Ayah ataupun Ibu. Kelak aku yang akan menjadi pengganti hidupnya.” Batinku.
Hari itu, hari Selasa.
Selamat merayakan hari
selasa! Aku mencium tangan Ibu sebelum aku berangkat sekolah untuk menunaikan
kembali kewajiban sebagai pelajar. Tanpa ayah- ya karena memang ayahku sibuk,
dan ia selalu menyimpan banyak rindu dan kenangan untuk kami.
“Assalamu’alaikum
bu...” kataku
“Wa’alaikumsalam” jawab
Ibu
Dan entahlah aku merasa
aneh dengan pakaian yang dikenakan oleh Ibu. Semuanya serba hitam-hitam.
Seperti ninja saja, guyonanku.
Langit cerah, cukuplah
cerah. Mewakili perasaanku pagi ini, aku akan selalu mencintaimu seperti pagi,
apapun kabar langit, matahariku akan tetap terbit.
Saat itu pelajaran matematika
tentang vektor, dan jadwalnya ulangan Bahasa Sunda. Aku menikmati setiap
pelajaran, karena aku suka Eksak! Aku suka matematika, Aku suka fisika, Aku
suka kimia, Aku suka biologi, dan aku suka.... Aku suka serius soal cinta! Cinta
pada ayahku, cinta pada ibuku, pada teman-temanku, dan pada orang yang
menyayangiku.
Tiba-tiba salah satu
guru memanggilku untuk memberi kabar bahwa ada seseorang yang sakit di luar
sana. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang dan aku akan menjenguknya.
“Mana mungkin aku harus
pulang, jika tidak ada yang beres. Pasti semuanya kacau.” Kataku dalam hati.
Sesaat aku mengambil
tas dengan langkah yang terburu-buru, dan dengan hentakkan kaki yang tidak
sealur dan tidak seirama dengan nafas dan debaran jantung. Bahkan untuk
berbicara izin saja mulutku terbata-bata hingga aku merasa terbohongi dengan
panggilan itu.
“Innalillahi wainna ilaihi roji’un”
Setiap yang bernyawa
akan merasakan mati. Semua makhluk akan fana, harta tahta kepemilikan akan
sirna. Dan hanyalah amal yang menjadi teman sejati.
Telingaku menjadi aga
sedikit pekak, aku melempar tas pada arah sampingku dan menjerit
sejadi-jadinya. Aku tak sadarkan diri saat itu.
Kini aku sadar, Ayah
telah tiada.
Kini aku sadar, aku tak
seperti anak yang lain yang masih bisa merasakan canda tawa dari sosok Ayah.
Pelipur laraku telah
menghilang, telah pergi.
Aku menangis
sejadi-jadinya, tak menghiraukan banyak orang datang dan pergi turut
belasungkawa. Namun aku tak suka orang ramai saat sekarang jika haruslah ayahku
pergi. Jika boleh aku meminta pada-Nya “Mengapa disaat aku belum benar-benar
menjadi wanita dewasa Ayah harus meninggalkan aku dan ibu. Hanya nisan yang
dapat aku lihat hanya jasad yang terkubur beku, terkujur kaku yang dapat aku
pandang. Aku tatap matamu, hidungmu, bibirmu, pipimu, wajahmu, aroma baumu yang
sebagiannya telah tertutup kain kafan.
Sore itu hujan turun!
Aku tidak sanggup menghapus figuramu
Sekiranya aku tau bukan hanya namamu yang menjadi
nisan namun ragamu telah menjadi belulang
Tiada habis ku kirim doa
Tuk menemani liang kubur
Ayah kemarin kau terkubur pada musim kemarau
Tiada kata yang mampu tuk mengiringi tangisan senja
Sementara batu-batu telah menjadi karang yang
terkikis ombak
dan penyu penyu kecil itu berlari tanpa air susu
ibunya
Aku mengingatmu dengan gelitik air mata sampai
mengusir bahagiaku
Yang menutup lembaran kenanganku
Namun ketiadaanmu telah membawa tangis diatas tabir
sulutnya
Kalut diatas pasir yang melahap pantai dalam sujud
pasrahku.....
Aku akan menggantikan peranmu ayah! Titip salamku
pada dirinya Tuhan!
I will survive, I will revive
I won’t surrender and stay alive
Kau berikan kekuatan untuk lewati
semua ini
Engkau selalu ada
Disaat jiwaku rapuh, dikalaku jatuh
And I want you to know
That I will fight to survive
I will not give up,
I will sot give in,
I’ll stay alive for you...for you..
I will surive, I will revive
I won’t surrender and stay alive
I will survive, I will revive
Getting stronger to stay alive
Kau berikan aku kekuatan untuk
lewati semua ini.
Getting bigger bigger than life,
Engkau Yang Esa, Yang Perkasa
Give me wisdom to survive!