"Rhyme In Peace"
Di sudut kamar dengan putaran rotasi bumi 360 derajat
terdengar suara petikan gitar yang mengalunkan nada melodis yang begitu indah.
Dengan dua jari yang ia petik pada gitar membuat bumi pun mengikuti lagu yang
ia lontarkan dari mulutnya. Tampak suasana menjadi kelam di hiaskan dengan
rintihan hujan menggambarkan keadaannya.
“Wajar bila saat ini ku iri pada kalian... yang hidup
bahagia berkat suasana indah dalam rumah.. hal yang selalu aku bandingkan
dengan hidupku yang kelam.. tiada harga diri yang kan hidupku terus
bertahan...” nyanyian Arya ketika itu.
Lagu itu menggambarkan suasana hatinya yang sedang mengalami
kehancuran, ya dia mengalami depresi yang berat karena suasana rumah yang sudah
menjadi seperti kapal terpecah menjadi dua bagian. Lautan membentangi
pulau-pulau menjadi beberapa bagian. Disitulah skenario Tuhan bergelut dalam
kehidupannya. Perceraian orang tuanya lah yang menyebabkan sifatnya menjadi
Anak yang tidak mempunyai etika dan moral yang seperti tidak pernah dididik
oleh orang tuanya. Sampai ia pernah menggoreskan sebuah pisau pada lengannya
ataupun mencoba mengonsumsi obat-obatan terlarang. Dan ia pun mengikuti gank
motor dalam keseharian buruknya. Sikap dan tingkah lakunya berubah 360 derajat
seperti biasanya. Ia yang cerdas,baik, ramah, bijaksana. Kini telah berubah. Sebut
saja dia Arya Panca Dwi Darma. Yang akrab dipanggil Arya oleh teman sebayanya.
Malam itu ia menelfon seorang temannya untuk mengadakan
latihan Band. Ia pun bergabung dalam sebuah Club Musical sebagai penghilang
kesedihannya. Band yang ia gempungi yaitu The Brave Band. Band tersebut cukup
terkenal di daerah sekitarnya. Ia menjadi vokalist dan memegang alat musik
gitar dalam gabungan band itu.
“Hai..brow.. besok gua jemput lu seperti biasa!!!” kata Arya
“Sip...kita latihan seperti biasa. Eh tapi si Deny katanya
gak bisa tuh” sahut Gema
“Yah..tuh anak ngadat lagi.”
“Yaudah kita berempat aja Ar..”
“Oke.. Dio bisa kan?? Inget bentar lagi ada festival. Kita
harus semangat latihan!!”
“Sip brow tenang aja!! semua beres”
Latihan pun dimulai Arya sebagai vokalis, Gema sebagai Bassis, Dio sebagai
drummer, tetapi Deny tidak dapat hadir yang menjadi pianist. Walaupun tidak ada
Deny mereka tetap semangat berlatih untuk kesuksesan mereka sendiri. Setelah
selesai latihan Arya yang akrab sekali dengan Gema mengajaknya ke suatu tempat.
“Gema... ikut gua aja yuk??” ajak Arya
“Mau kemana gitu?”
“Udah ikut aja..”
Setelah itu Arya mengajak Gema mengunjungi suatu diskotik.
“Ar.. Gila lu.. Ni tempat apaan??” tanya Gema dengan nada
tinggi
“Sabar brow.. Tuh liat banyak cewek-cewek cantik. Gua pengen
minum!!!”
“What?? Minum apa lu? Eh nyadar ya.. Gua ga mau masuk
pokoknya!!
“Udah ikut gua aja..”
“Arya... Lu sadar dong.. otak lu di kemanain sih? Gara-gara
bonyok lu, lu jadi kaya gini. Istighfar Arya..”
“Jangan so’ nyeramahin deh!!”
“Ya.. gila lu.. udah gak waras lagi!!!”
Tamparan hebat dari tangannya Gema hinggap pada pipi Arya.
Tetapi Arya tidak peduli atas kejadian tadi. Sifatnya memang sudah tidak
didasari lagi pada agama. Kelakuannya sudah menjadi-jadi berubah total.
Gema meninggalkan tempat tersebut. Dan Arya tetap memasuki
tempat yang ia tuju. Gema yang sudah beberapa kali menasihatinya seperti tak
dianggap lagi. Sepertinya Arya tidak mendengarkan nasihat itu. Masuk telinga
kanan dan keluar telinga kiri. Persahabatan karib yang ia jalani pun sedikit
demi sedikit mulai pupus karena sifatnya yang sudah keterlaluan.
Para fansnya pun sedikit demi sedikit mengetahui perlakuan
Arya yang sudah berubah itu. Dan mereka tampaknya tidak menjadi penggemar setia
lagi pada Arya.
Arya pun dikeluarkan dari The Brave Band itu. Hidupnya
menjadi semakin terpuruk. Rumah yang ia tempati pula di sita oleh Bank karena
orang tuanya ketika masih hidup bersama terlibat oleh banyak hutang sehingga
rumah dan belum sempat terlunasi karena hal perceraian itu. Kini Arya tinggal
sebatang kara tak ada lagi teman yang selalu disampingnya untuk mengibur dan
menasihatinya.
Arya berjalan dekat pinggiran rel kereta api. Tak jelas
kemana ia tuju, dari kota satu ke kota lainnya ia terus menapaki pinggiran rel
kereta. Tiba-tiba ketika ia merasa lelah ia terjatuh kedalam rel. Di
belakangnya ada sebuah kereta api yang berjalan dengan cepatnya. Melihat
kejadian itu dengan kagetnya Gadis cantik dan penolong yang menggunakan jilbab
berwarna ungu segera dengan cepat menarik tangan kanan Arya. Dan ia berhasil
menolong Arya, tetapi salah satu kakinya tersangkut dalam rel dan sukar untuk
dikeluarkan, membuat kereta berhasil menyentuh kaki kirinya.
“Hey... kau... bangun...” teriak Arya
Gadis itu tak sadarkan diri. Arya panik atas kejadian
tersebut. Dan ia langsung membawanya ke Rumah Sakit terdekat daerah itu. Gadis
tersebut langsung ditangani oleh beberapa suster dan dokter dalam Ruangan Unit
Gawat Darurat.
“Maaf ya mas.. Tunggu sini dulu sebentar.. Pasien harus
segera ditangani.” ucap salah satu suster
“Tapi... suster. Saya yang telah membuatnya seperti itu.”
“Kami akan berikan yang terbaik untuknya, tapi mohon maaf
kakinya mengalami kerusakan sehingga harus diamputasi.” kata dokter
“Apa dok??? amputasi? tidak ada cara lain apa? Bisakah
ditukar dengan kaki saya?”
“Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Berdoa saja untuk
kebaikannya. Dan semuanya pasrahkan pada Yang Maha Kuasa. Permisi...”
Dokter dan suster kembali ke ruangan tersebut untuk
menangani gadis itu. Gadis yang mengenakan busana muslim dengan jilbab berwarna
ungu hanya karena kebaikan untuk menolong seseorang ia rela untuk diamputasi.
Ia rela kehilangan kaki kirinya.
Akhirnya gadis itu siuman dan menerima kenyataan yang ada.
Arya pun langsung menemui gadis itu.
“Maafkan aku...” katanya merasa bersalah
“Tidak apa-apa. Ini sudah menjadi suratan takdir dari-nya.”
kata gadis itu
“Ini salah ku!!! Aku yang menyebabkanmu seperti itu! Coba
saja jika aku tidak melakukan hal bodoh. Kamu tidak akan mungkin seperti ini.”
“Aku yang bertingkah laku ceroboh. Jadi itu hal yang wajar.”
“Apa?? hal yang wajar katamu? Lihat kakimu tidak sempurna!!
Aku rela memberikan kakiku padamu”
“Ini kekuranganku. Sudah menjadi catatan dalam hidupku!”
“Aku bodoh... Aku salah..”
“Sudah jangan menyalahkan diri sendiri!!! Tuhan mendengar
semua itu! Lebih baik kita bersyukur untuk keadaan kita yang masih dapat
menghidup udara yang segar.”
“Tetapi maafkan aku..”
“Tidak ada yang perlu meminta maaf dan memaafkan. Aku ikhlas
menolongmu.”
Perdebatan mereka adalah awal mulanya mereka mengikat tali
persahabatan satu sama lain. Arya kini memulai kehidupan dengan sahabat
barunya.
Setelah beberapa hari di Rumah Sakit ternyata Aira di
perbolehkan untuk beristirahat di rumah. Dan ia membawa Arya menuju tempat
tinggalnya. Arya pun bersedia untuk memulai kehidupan baru di kota itu.
“Oh... ya kita berdebat sudah, saling bermaafan pun sudah.
Tapi ada hal yang belum kita lakukan!!” kata Arya
“Memangnya apa??”
“Perkenalan.. Bisakah kau sebutkan namamu?”
“Hmmm.. Namaku ??.....”
“Siapa namamu?? Ijah? Ayu tingting? Dewi Persik? Jupekah?
hahahah”
“Tidak lucu!!!”
“Cukup sensi ya kamu.”
“Bukan urusanmu itu!!”
“Gadis secantik kamu pasti memiliki nama yang indah”
“Afwan..tidak usah berlebihan”
“Ohh!!! sikapmu membuatk hatiku luluh!
“Gombal..”
“Serius!! Suwer!!!”
“Tidak percaya hal itu!!”
“Jangan marah dong non!”
“Tak ada gunanya!”
“Sudahlah cukup perdebatan ini.”
“Lantas??”
“Siapa namamu ukhti??”
“Namaku.. Aira..”
“Yang benar?”
“Ya pasti.”
“Kau tidak bohong??”
“Aku jujur!!!”
“Kamu Aira.. dan Aku Arya..”
“Aku tak menanyakan siapa namamu”
“Ah...kamu.”
“Hehehe..konyolanku!!”
“Ada kesamaan nama antara kita.”
“Hmmm... Sebenarnya sedang apa kau kemarin di pinggiran rel?
Aku sudah tak asing lagi dengan wajahmu. Aku pernah melihatmu di televisi.”
“Sudah lupakan!!!”
“Mengapa?? nampaknya kau terlihat sedih. Ada apa denganmu?”
“Aku perjelas lagi ya!! Sudahlah lupakan hal itu!”
“Aku tanya baik-baik. Yasudah maaf.”
“Tidak apa-apa-“
Allahu akbar..Allahu akbar.. Asyahadu anlaa..
Illaahaillallah.. Laillahaillallah.. Terdengar suara adzan berkumandang. Hal
itu merupakan salah satu cara agar kita berdialog memohon sesuatu kepada-Nya,
serta memohon ampunan-Nya.
“Alhamdulillah.. Adzan Maghrib.. Ambil air wudlu dulu yuk..”
“Aku lupa cara itu!!”
“Kau islam kan? Kau tidak pernah melakukan hal itu?”
“Dulu... tapi sekarang.. entahlah..”
“Aku siap memberi pengetahuan tentang itu padamu”
“Benarkah??”
“Tentu.. Orang yang kita iringi dalam hal kebaikan.
Insyaallah pahalanya akan berlipat ganda. Selagi aku bisa dan aku mampu serta
tidak melenceng terhadap aturan-Nya”
“Kamu baik sekali. Aku ingin bisa Shalat kembali dengan
sempurna!”
“Niat yang bagus!!”
“Ajari aku yaaaa”
“Tentunyaa”
Kehidupan Arya kini sedikit demi sedikit mulai membaik.
Setiap hari ia selalu diberikan pengarahan oleh Aira tentang Ilmu agama, etika,
moral, dan kebiasaan yang baik untuk dilakukan. Tetapi Arya masih tetap merasakan
kesakitan yang begitu hebat. Ia tetap saja depresi akan hal itu. Aira yang
tinggal hanya bersama Ibunya di sebuah persegi panjang dengan ukuran sederhana
itu mampu membimbing Arya menuju jalan kebenaran. Awalnya Ibu Aira menolak
kedatangan Arya karena menjadi penyebab putri nya mengalami amputasi pada kaki
kirinya. Tetapi setelah Aira bujuk. Ibu pun bersedia menerima Arya, dan
memperlakukan Arya seperti anak kandungnya sendiri.
“Nak Arya..”
“Iya apa bu??”
“Ibu boleh tanya sesuatu tidak?”
“Iya memangnya apa bu?”
“Maaf jika pertanyaanmu ini sedikit menyinggung perasaan Nak
Arya. Sebenarnya kamu asli orang mana? Orang tuamu mengetahui keberadaanmu
sekarang tidak?”
“Hmm.. Bu...”
“Nak jangan menangis. Kamu bisa cerita pada Ibu. Insyaallah
Ibu pun akan memberikan solusi jika memang Ibu mampu mengatasi dengan batas
kemampuan Ibu.”
“Iya bu terimakasih. Tetapi tidak untuk saat ini.”
Hanya tangisan yang dapat Arya luapkan. Air hujan yang turun
pun tak bisa membandingkan dengan air mata yang berjatuhan menetes pada
celah-celah matanya. Mulutnya kaku untuk berbicara. Ia merasa tertekan dengan
kehidupan yang lalu. Batinnya sudah hancur jiwanya melayang bagaikan kapas yang
ditebas oleh angin. Walaupun ia tersenyum tetapi hatinya sangan terpukul. Ia
terus menutupi hal itu, dan enggan untuk menceritakan aib tentang dirinya pada
orang lain.
Malam itu Arya berselanjar pada dinding, menatap langit yang
mati akan keindahan cahaya bulan dan bintang. Cahaya yang bersinar tampak
sedikit sekali. Di genggamnya sebuah pisau yang akan ia kenakan pada tangan
kirinya.
Arya membeset tangannya dan darah segar pun terus mengalir
sehingga membasahi tempat tidur yang ia tempati. Lama kelamaan dia tak sadarkan
diri.
Aira yang bertujuan untuk membawa makan malam pada Arya
terlihat kaget ketika melihat Arya yang tergeletak di tempat tidur,dan pada
tangan kanannya terdapat sebuah pisau.
“Astaghfirullahaladzim.. Arya... Bangun,, ini hal bodoh yang
kamu lakukan!!”
Aira berteriak memanggil ibunya untuk segera menuju ke
ruangan itu.
“Ibu..Ibu.. Sini bu...”
“Ada apa nak?”
“Ini Arya bu.. dia tak sadarkan diri.”
“Cepat kau bawa balutan kapas dan kain untuknya! Ia
mengalami pendarahan.”
“Baik bu..”
Lagi dan lagi Arya selalu melakukan hal bodoh itu ketika
hatinya gundah gulana. Berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun Arya sedikit demi
sedikit mampu melupakan dan menghidari hal itu. Aira yang bersedia
menasihatinya dan mengajaknya pada kebaikan. Arya pun luluh seketika. Perasaan
yang muncul membuat hatinya bergejolak tak menentu. Setiap hari yang selalu diiringi
canda tawa oleh Aira kini berubah menjadi virus merah jambu. Mungkinkah Arya
jatuh cinta....
“Aira.. Terimakasih atas semua yang telah kau ajarkan
padaku.”
“Kita kan sahabat. Tentunya aku siap menemani kamu disaat
kamu senang ataupun sedih.”
“Aku ingin cerita padamu...”
“Tentang apa?”
“Kehidupanku!!”
“Benarkah?? Bukannya kamu selalu tidak mau untuk bercerita
hal itu! Bahkan hal yang paling bodoh kamu lakukan ketika kamu menggoreskan
pisau itu!!”
“Itu kan dulu Ra...”
“Hmm.. Iya.. Baiklah.. Aku bersedia menjadi pendengar
setiamu.”
Bertahun-tahun Arya memendam perasaan hatinya. Kini ia mulai
berani untuk berbicara tentang semua yang menyangkut masalahnya. Dan hal itu
pun membuat hati Arya lebih tenang, dan mengetahui Arti Kehidupan. Aira lah
yang selalu menjadi motivatornya.
“Itu..dan hal itu Ra yang membuatku sangat terpukul..”
“Innalloha Ma’ana ‘Sesungguhnya Allah Selalu Berada di
Samping Kita’ jangan mengeluh dulu Arya. Ujian hidup memang berat. Tuhan
memberikan cobaan perih itu karna Tuhan sayang padamu. Ia mengujimu. Apakah
kamu masih berada di dekat-Nya dan membutuhkan-Nya atau tidak baik dalam
keadaan senang maupun sedih”
“Iya sekarang aku memahami Arti Kehidupan ini. Aku semangat
karenamu!!”
“Bersemangatlah Karena Allah J
heheheh”
“Sip dehhh.. Kan kamu malaikat yang Allah beri padaku ehehe
bercanda”
“Ah kamu bisa saja!!! Satu pesanku Arya! Walaupun jika nanti
kelak aku tak ada di dunia ini. Tetap bersemangatlah untuk menjalani kehidupan J “
“Maksudmu?? seperti mau mati saja”
“Hmmm... Kematian hanya Dia-lah yang mengetahuinya. Kita
hanya mem[ersiapkan diri dalam keadaan khusnul khotimah, Semoga saja”
“Amin... tapi aku tak bisa hidup tanpamu... L”
“Jangan berkata seperti itu!!! Masih banyak orang
disampingmu yang menyayangimu!!
“Aira... aku ingin berbicara sesuatu padamu”
“Tentang apa?”
“Hm... Jangan marah ya... Aku menyukaimu..”
Aira pun nampaknya sangat terkejut ketika Arya berkata
seperti itu. Ia langsung menghindar dari Arya, dan pergi meninggalkannya.
Tetapi Arya pun menarik tangan kanannya.
“Aira tunggu....”
“Lepaskan tanganku! Bukan muhrim!”
“Maaf.... Tapi aku menyukaimu Ra... Aku mencintaimu Ra...
Maukah kau menjadi milikku seutuhnya??”
“Tidak tepat waktunya Arya .. Maaf permisi..
Aira bergegas lari meninggalkan Arya dan air matanya pun
mulai menetes. Perasaannya pun menjadi tak tentu. Ia pun sebenarnya mempunyai
perasaan yang sama pada Arya tetapi Ia tak mau untuk mengungkapkannya. Karena
ia takut jika perasaanya melebihi rasa cinta pada-NYA.
5 tahun kemudian kehidupan Arya kini menjadi semakin
membaik, setelah ia mendapatkan mata pencaharian tetap. Dan ia memiliki
pemasukan setiap bulannya. Agar tidak terlalu merepotkan keluarga Aira. Ia di
percayai menjadi Tangan Kanan Manager Perusahaan Cipto Kusumo yang terkenal
itu. Ya memang Arya cerdas sehingga Ia di terima di perusahaan manapun. Arya
mempunyai niat untuk menjadikan Aira sebagai istrinya. Ia pun meminta restu
kepada Ayah dan Ibunya. Tetapi setelah ia berusaha menghubungi orang tuanya.
Ternyata ayahnya meninggal dan Ibunya tinggal di luar negri dan tak tahu
bagaimana kabarnya sekarang. Maka ia hanya meminta doa restu pada Ibu Aira
yaitu Bu Marni.
“Bu Marni..”
“Iya ada apa Nak Arya?”
“Bu.. bolehkah saya melamar Aira??”
“Semua tergantung pada kalian berdua. Ibu sih boleh-boleh
saja. Yang penting Ibu bisa melihat putri Ibu tersenyum bahagia untuk
kehidupannya kelak.”
“Iya bu.. Insyaallah Arya ingin membahagiakan Aira. Arya
pula telah memiliki pekerjaan tetap bu”
“Ya tinggal kamu bujuk rayu Aira saja”
“Terimakasih bu.. doakan Arya.”
“Iya nak Arya sama-sama.”
Arya selalu memikirkan hal itu siang dan malam. Ketika dulu
Aira tak mau menjadi pacarnya. Maka ia berusaha untuk memiliki Aira seutuhnya
dengan cara menikahinya.
“Aira.. Bagaimana jawabannya??”
“Jawaban tentang hal apa?”
“Masa lupa..”
“Ohhh”
“Serius... Aku ingin menjadi milikmu dunia dan akhirat”
Aira seketika meneteskan air mata. Perasaanya benar-benar
tak bisa ia bohongi. Ia juga mencintai Arya, tetapi ia tak mungkin memilikinya.
Akhirnya Aira memutuskan untuk memberi kesempatan pada Arya untuk menjadi
Imamnya melalui syarat. Ia meminta untuk dibangunkan Rumah Allah yaitu Mesjid,
dalam waktu 1 minggu. Arya pun tanpa berfikir panjang lebar langsung menerima
tawaran itu.
“Aku ingin Rumah Allah.. Aku ingin menapakinya..” jelas Aira
“Iya calon istriku... Aku akan buatkan itu dengan beberapa
rekan kerjaku nanti”
“Ingat dalam waktu seminggu. Kau pulang lagi kerumah tepat
pada pukul 00.00 WIB. Jika kau berhasil aku berada di hatimu selamanya, dan aku
lah bidadari hatimu”
“Iya akan ku turuti semua yang kamu inginkan”
Dalam waktu seminggu Arya benar-benar memperjelas
kesungguhannya. Ia nampak gigih membangun sebuah Mesjid yang cukup megah untuk
kehidupannya kelak. Rancangan ia buat dengan hasil semaksimal mungkin. Dan ia
menyuruh beberapa orang pekerja menyelesaikan semua itu. Ia pun setiap hari
selalu mengontrol para pekerja. Pondasi pun telah terbangun. Dinding yang di
hiasi dengan cat berwarna putih dan kuning ke emas-emasan menghiasinya. Kubah
dengan lafadz Allah siap dipajang. Pagar pun telah terpasang. Tempat wudlu yang
berjejer rapi melengkapinya. Mesjid siap untuk di singgahi. Tepat pada pukul
23.00 Arya bergegas pulang untuk memberitahu kepada Aira bahwa Mesjid telah
terbangun. Dan menagih janjinya pada Aira untuk menjadi pendamping hidupnya dan
Hawa bagi anaknya.
Tetapi waktu, hanya waktulah yang dapat menentukan dimana
titik puncak kehidupan seseorang kembali pada-Nya. Aira dengan sosok
kelembutannya seperti Siti Khadijah dan kecantikannya seperti Zulaikha kini
telah kembali pada-Nya. Malaikat Izrail telah mengambil nyawanya untuk
kehidupannya yang lebih tenang. Ditinggalkannya sepucuk surat untuk Arya
tentang sebuah perasaannya.
Assalamualaikum Mas Arya..
Terimakasih untuk Rumah Allah yang telah kamu bangun
untukku. Kamu telah berhasil melewati ujian yang aku berikan. Aku salut
pada kesungguhanmu. Sebenarnya perasaanku sesuai dengan perasaanmu. Tapi
waktulah yang memberhentikan kisah cinta ini. Janjiku..Aku akan berada di
hatimu selamanya. dan Akulah yang menjadi Bidadari Hatimu. Jangan bersedih
tetap semangat untuk kehidupanmu
kelak.
|
Ternyata Rumah Allah lah tujaun Aira pada saat itu. Ia tak
akan menemui Aira lagi untuk selamanya. Karena ia telah menghadap-Nya untuk
mempertanggung jawabkan kehidupan Aira selama di dunia. Arya sangat terpukul,
tetapi ia berusaha untuk tetap tegar dan berusahan menjaga pesan yang
disampaikan oleh Aira. Aira yang pergi saat itu pula dalam keadaan sedang
membaca Al-qur’an. Sungguh luar biasa Aira pergi dalam keadaan khusnul
khotimah. Tak ada lagi sosok penyemangat dalam kehidupan Arya. Ia berusaha
meniti kehidupan mulai dari nol kembali tanpa Aira.
“Rhyme In Peace..Rhyme In Peace...Aira.. Mungkin batu nisan
pisahkan dunia kita. Namun ambisimu kan ku jaga selalu membara. Gapailah doa
yang selalu ku baca. Menemani langkahmu menuju singga sana surga!!! Selamat
jalan Aira... Aku mencintaimu selamanya sayang.....”
Itulah kata-kata yang Arya ucapkan sebelum jenazah Aira
dikuburkan. Arya dengan setianya memandikan, menyolatkan, serta mengantarnya
pada liang lahat. Bukti cinta padanya menghadap Rumah Allah...
Manusia hanya dapat berencana, tetapi yang menentukan segalanya
hanyalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Skenario hebat menjadi peran utama dalam hal
itu diiringi beberapa figuran mengiringinya.
Created bye:
Syifanighina :)
0 komentar:
Posting Komentar