CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 17 Desember 2013

I Will Survive, altough without you....



Hari ini, aku disini berjuang untuk bertahan
Padamkan luka dan beban yang ada yang tlah membakar seluruh jiwa
Ku coba resapi ku coba selami segala yang telah terjadi
Ku ambil hikmahnya rasakan nikmatnya
Ku coba untuk hadapi

26 November 2013.
Bunyi alarm dengan lagu “I Will Survive” membangunkanku pagi itu. Aku merasa kembali lagi menjadi manusia yang harus selalu bersyukur. Saat membuka mata, saat menghirup udara pagi yang segar, saat aku terbangun, saat aku berdiri pada pantulan kaca. Selayaknya manusia biasa aku akan terus bersyukur atas setiap pagiku, dan kini saatnya aku mengecilkan aroma kesombongan dalam diriku.

Saat ini aku duduk dibangku SMA, seperti biasa aku menunaikan kewajibanku sebagai pelajar. Memang sudah seharusnya bagiankulah yang menjadi salah satu kebanggaan ayah dan ibuku. Entah dengan cara apapun itu, asal selalu berada di jalan-Nya aku selalu ingin dan ingin menjadi yang terbaik untuk mereka. Betapa hangatnya kelembutan mereka. Kau selalu ada disaat jiwaku rapuh- Tanpanya aku takkan bisa survive di dunia ini.

Pernah terbayang olehku jika hidup tanpanya, sepertinya dunia akan gelap. Pernah terbayangkan bukan? saat sedang menikmati suasana malam dengan sinar cahaya dan ditemani hujan, tiba-tiba saja terhenti oleh padamnya cahaya. Jika lampu yang menyala mati secara tiba-tiba. Apa yang kau rasakan? Apa yang kita rasakan? “Kesal!” “Sebal,kan?” Sedang asyik-asyiknya menikmati suasana tiba-tiba henti seketika. Itulah yang pernah aku bayangkan tentang mereka, ya tentang orang tuaku. Namun aku tak peduli soal itu, aku merasa Tuhan Adil dan mengetahui segala cara untuk menyelamatkan hidup ini.

Saat itu pelajaran Biologi. Sejenak aku dan teman-teman mendapatkan renungan tentang mereka. “Kalian harus bersyukur memiliki orang tua lengkap!” nasihat Bu Guru pada kami.

Sempat sesaat, jantungku tiba-tiba tersendat mendengar kalimat yang diucapkannya, seperti ada rasa sakit dan ada rasa yang mengganjal. Tubuhku melemas, dan seketika aku keringat dingin, namun aku tak terlalu mempedulikan soal itu. “Ayah dan Ibuku ada dirumah!” kataku dalam hati. Pikiranku berkeliaran tak menentu saat itu, serasa ada yang membuntuti untuk memberitahu sebuah peringatan kepadaku, namun aku merasa biasa saja. Debaran jantungku berdegup menjadi lebih kencang sepertinya jika diukur kecepatannya melebihi kecepatan cahaya yang melintas pesat. Ah! Lagi-lagi istighfarlah yang menenangkanku.

“Astaghfirullah al adzim”

“Jika salah satu orang tuaku mendahuluiku, entah itu Ayah ataupun Ibu. Kelak aku yang akan menjadi pengganti hidupnya.” Batinku.

Hari itu, hari Selasa.
Selamat merayakan hari selasa! Aku mencium tangan Ibu sebelum aku berangkat sekolah untuk menunaikan kembali kewajiban sebagai pelajar. Tanpa ayah- ya karena memang ayahku sibuk, dan ia selalu menyimpan banyak rindu dan kenangan untuk kami. 

“Assalamu’alaikum bu...” kataku
“Wa’alaikumsalam” jawab Ibu

Dan entahlah aku merasa aneh dengan pakaian yang dikenakan oleh Ibu. Semuanya serba hitam-hitam. Seperti ninja saja, guyonanku.

Langit cerah, cukuplah cerah. Mewakili perasaanku pagi ini, aku akan selalu mencintaimu seperti pagi, apapun kabar langit, matahariku akan tetap terbit.

Saat itu pelajaran matematika tentang vektor, dan jadwalnya ulangan Bahasa Sunda. Aku menikmati setiap pelajaran, karena aku suka Eksak! Aku suka matematika, Aku suka fisika, Aku suka kimia, Aku suka biologi, dan aku suka.... Aku suka serius soal cinta! Cinta pada ayahku, cinta pada ibuku, pada teman-temanku, dan pada orang yang menyayangiku.

Tiba-tiba salah satu guru memanggilku untuk memberi kabar bahwa ada seseorang yang sakit di luar sana. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang dan aku akan menjenguknya.
“Mana mungkin aku harus pulang, jika tidak ada yang beres. Pasti semuanya kacau.” Kataku dalam hati.

Sesaat aku mengambil tas dengan langkah yang terburu-buru, dan dengan hentakkan kaki yang tidak sealur dan tidak seirama dengan nafas dan debaran jantung. Bahkan untuk berbicara izin saja mulutku terbata-bata hingga aku merasa terbohongi dengan panggilan itu.

“Innalillahi wainna ilaihi roji’un”
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Semua makhluk akan fana, harta tahta kepemilikan akan sirna. Dan hanyalah amal yang menjadi teman sejati.

Telingaku menjadi aga sedikit pekak, aku melempar tas pada arah sampingku dan menjerit sejadi-jadinya. Aku tak sadarkan diri saat itu.

Kini aku sadar, Ayah telah tiada.
Kini aku sadar, aku tak seperti anak yang lain yang masih bisa merasakan canda tawa dari sosok Ayah.
Pelipur laraku telah menghilang, telah pergi.

Aku menangis sejadi-jadinya, tak menghiraukan banyak orang datang dan pergi turut belasungkawa. Namun aku tak suka orang ramai saat sekarang jika haruslah ayahku pergi. Jika boleh aku meminta pada-Nya “Mengapa disaat aku belum benar-benar menjadi wanita dewasa Ayah harus meninggalkan aku dan ibu. Hanya nisan yang dapat aku lihat hanya jasad yang terkubur beku, terkujur kaku yang dapat aku pandang. Aku tatap matamu, hidungmu, bibirmu, pipimu, wajahmu, aroma baumu yang sebagiannya telah tertutup kain kafan.

Sore itu hujan turun!

Aku tidak sanggup menghapus figuramu
Sekiranya aku tau bukan hanya namamu yang menjadi nisan namun ragamu telah menjadi belulang
Tiada habis ku kirim doa
Tuk menemani liang kubur
Ayah kemarin kau terkubur pada musim kemarau
Tiada kata yang mampu tuk mengiringi tangisan senja
Sementara batu-batu telah menjadi karang yang terkikis ombak
dan penyu penyu kecil itu berlari tanpa air susu ibunya
Aku mengingatmu dengan gelitik air mata sampai mengusir bahagiaku
Yang menutup lembaran kenanganku
Namun ketiadaanmu telah membawa tangis diatas tabir sulutnya
Kalut diatas pasir yang melahap pantai dalam sujud pasrahku.....
Aku akan menggantikan peranmu ayah! Titip salamku pada dirinya Tuhan!

I will survive, I will revive
I won’t surrender and stay alive
Kau berikan kekuatan untuk lewati semua ini
Engkau selalu ada
Disaat jiwaku rapuh, dikalaku jatuh
And I want you to know
That I will fight to survive
I will not give up,
I will sot give in,
I’ll stay alive for you...for you..
I will surive, I will revive
I won’t surrender and stay alive
I will survive, I will revive
Getting stronger to stay alive
Kau berikan aku kekuatan untuk lewati semua ini.
Getting bigger bigger than life,
Engkau Yang Esa, Yang Perkasa
Give me wisdom to survive!



0 komentar:

Posting Komentar