CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 28 Mei 2012

Untuk ... Yang terpasti kamu! (Amin) :)

Untuk engkau yang jauh disana..

Berdinding jarak dan waktu..
Berbatas ruang diantara kita..
Masihkah engkau menjaga hatimu untukku ?
Masihkah terbesit kerinduanmu padaku ?
Masihkah ada kesabaran dalam keluhmu menunggu penantian panjang dan berbatas ini ?

Untuk engkau yang setia menantiku..
Jagalah hatimu seperti ku jua jaga hati ini agar tidak tergores debu keburukan yang dapat membuat mata kita lelah kepada perintah-Nya..

Ya Rabb..
Cintakan kami kepada kebaikan..
Agar cinta kami dapat menyatu menjadi kebaikan untuk semua dan semakin mempererat cinta kami kepada agama-Mu..Aamiin ya Allahu Rabbal Alamin..



with love :)
syifani ghina nisrina :)

Jumat, 25 Mei 2012

Rasaku,deritaku,catatanku

Rasa sepi ini telah membawa hikmah bagiku
Memberiku pelajaran yang berharga
Agar selalu mengisi ruang waktu yang terabaikan
Oleh rasa mimpi yang tak berkesudahan ….tentangmu….
 
Apalagi yang dapat kuharapkan dari diri ini
Bila sudah tak bisa lagi bersua denganmu…yang jauh di sana
Menanti….dan terus menanti tanpa ujung pangkal yang pasti
Membuat diriku makin terpuruk dalam kesendirianku….


Apakah kau masih mendengarkan rasa resahku ini….
Yang selalu bergetar saat menuliskan namamu…
Saat menyebutkan nama indahmu di hatiku
Saat bibirku terucap nama indah yang pernah bersamaku…..


with love :)
syifani ghina nisrina :)

JIKA!

Jika suatu ketika kita tak bersama lagi
Aku ingin kau mengenang segala kisah tentang kita
Jika suatu ketika kita tak bersama lagi
Aku ingin kau tetap menyimpan setiap debar jantung
Jika suatu ketika kita tak bersama lagi
Aku ingin kita meletakkan segala perih itu
Jika suatu ketika kita tak bersama lagi
Aku ingin cinta itu tetap tersimpan rapi
Jika suatu ketika kita tak bersama lagi
Aku ingin kita akan tetap saling menyapa lalu merajut angan kembali
Dalam hening tanpa kata
Dalam sepi tanpa suara
Dalam diam tanpa airmata
Dalam pekat tanpa cahaya

with love :)
syifani ghina nisrina :)

Tuhan, Bolehkah Aku?

Tuhan, bolehkah aku marah ?
ketika nafasku terasa sesak
ketika ilmu jiwa tak menyukainya
ketika agama menjadi kannya dosa
Tuhan, bolehkah aku bersedih ?
ketika yg lain menebarkan gembira
ketika ruang hidup terasa sempit
ketika waktu enggan bersahabat lagi
Tuhan, bolehkah aku bicara pada -MU ?
ketika tebaran senyum hilang disapu waktu
ketika setitik percaya tlah hilang pula
Tuhan, bolehkah aku…..?
Tuhan, bolehkah………?
Tuhan,………………?

with love :)
syifani ghina nisrina :)

Ketika Aku Jatuh Cinta

Saat kau mencintai seseorang
Cintai ia dengan ketulusan yang muncul dari kedalaman hatimu
Ketulusan berarti kau mencintai dengan ihlas
Tanpa harus mengharap imbalan atau balasan darinya tuk mencintaimu
Dan ketika kamu benar-benar tulus mencintainya
Maka kamu kan terlelap pada ketenangan yang muncul dari jiwamu
Ketenangan yang selalu menyegarkan hatimu saat mulai melayu
Sungguh ketulusan yang sebenarnya adalah
Ketika kamu selalu berlaku hanya dan demi untuknya
Walau ia tak pernah lakukan hal itu padamu
Ketulusan yang kau berikan kepadanya adalah
sebuah pembebasan dari duka dan deritamu
Karena ketulusan yang telah kau tanam hanya berbuah kebahagiaan
Bukan kekecewaan yang menyesakkan dada
Justru jika engkau banyak mengharap cinta dari orang yang kau cintai
Engkau kan sering mengalami siksaan batin
Karena saat itu kehawatiran dan kegelisahan
Selalu ikut kemana hatimu bergerak
Saat itu pula cintamu tak pernah tegak berdiri dalam jiwamu
Dimana jiwamu sedang terombang ambing
Di antara perasaan takut kalau ia tak mencintaimu
Bahkan membencimu
Dan ketahuilah bahwa cinta yang suci nan murni hanya kan kau rasakan
Dengan gerak hatimu tuk slalu berlaku tulus pada orang yang kamu cintai
Tanpa ketulusan engkau tak kan pernah bias mencecap betapa manisnya madu cinta
Karena ketulusan ibarat cawan tempat engkau meneguk madu tersebut
Dan jika engaku belum bisa berlaku tulus
Coba tengoklah ke kedalaman hatimu
Agar dapat kau pahami rahasia hatimu
Hingga kan kau temukan seberkas cahaya kesadaran
Yang kan mendorong hatimu tuk berlaku tulus
Dan jika keputusasaaan mendatangimu
Jangan pernah kau menyesali semua yang telah kau berikan padanya
Karena semua itu tak kan pernah sia-sia
Semua ketulusanmu itu akan berarti bagi pertumbuhan jiwa dan mentalmu
Selalu yakinlah bahwa ketulusanmu itu
Kan membakar duka laramu
Dan menumbuhkan benih-benih cintamu pada hatinya
“Dan ketulusan adalah pondasi bagi cinta sejati yang selalu ada di hati seorang pecinta
Percayalah bahwa ketulusanmu adalah nafas cintamu”


with love :)
syifani ghina nisrina :)

EGO-Kah AKU?

Ku tak pernah merasa gundah dihatiku
Ketika dengamu
Saat kau, kau belai rambutku
Kau temani aku
Kau basuh lukaku
Kini semua berlalu
Karna engkau tak memilihku
Salahkah aku mencintaimu?
Walau ku tahu ku tak dihatimu :'(
Egokah aku memilikimu?
Walau ku tahu, kau tak memilihku :'(
Ku harap Tuhan cabut nyawamu
Agar tak ada yang milikimu!
Sadarkah kini ku tak rela
Indah ku tlah sirna
Mimpiku tak nyata
Kini semua berlalu
Karna engkau tak memilihku -_____-
KU HARAP TUHAN CABUT NYAWAMU!
AGAR TAK ADA YANG MILIKIMU!


with love :)
syifani ghina nisrina :)

Kamis, 24 Mei 2012

Hurt < / 3



Semua luka akan sembuh, tapi tidak semuanya akan hilang.

Beberapa luka akan menyisakan bekas—tanda bahwa sebuah peristiwa pernah ada. Memang tak ada lagi darah, nanah, daging yang koyak, atau kulit tersayat. Tapi jejak terlanjur terpacak dan manusia biasa tak bisa mengulang waktu untuk kembali ke masa lalu.

Benar, kita bisa melupakan saat-saat kita bersedih dan terluka, tetapi sakitnya tetap akan terkenang; dada yang perih, perasaan yang tak pernah cukup diwakilkan pada kata-kata. Barangkali sudah kering air mata, dan kita tak perlu menangis lagi, tetapi sensasi hangat yang menjalar di tebing pipi kita masih akan tetap terasa: saat-saat di mana kita jadi manusia yang lupa cara bicara.

Lalu pada saatnya kita akan tertidur, barangkali karena kelelahan. Dan ketika kita bangun, entah apa yang terjadi: dada kita sakit seperti baru saja dihantam ladam. Napas kita jadi berat, ada jerit yang menggumpal jadi sesak yang mengganjal di leher kita yang majal.

Sesungguhnya, di sanalah kita ingin sendiri: mengasingkan diri dari kebisingan, mengakrabi ruang-ruang hati milik kita masing-masing. Bukan untuk jadi pengecut: Kita ingin sendiri karena kita menyadari bahwa kita manusia biasa yang mungkin terluka.

Kita hanya ingin sendiri. Sendiri saja. Sesekali menangis tidak apa-apa. :)



with love :)
syifani ghina nisrina :)

Rabu, 16 Mei 2012

Aktivis itu Aku!

Aku yang paling tengah :)
Bersama Teman aktivisku

Aku memakai baju kotak-kotak berwarna coklat.
Kalau tidak salah, ada Dewi, Fitria, Ida, Fika, Rahayu. Dan lelaki yang satu adalah Elvan Hahaha :D



Foto bersama teman aktivisku itu hal yang menyenangkan bagiku :)








Aku menggunakan kacamata kesayanganku, dan disampingku ada Dewi dan Rahayu :)

Kau Yang Mengutuhkan Aku

Percepat roda laju
Hentakkan waktu itu
Ku bosan menunggu
Soal waktu yang tentu
Oh, Memang inikah jalan hidupku?
Cacian,makian menghampiriku
Saat ku lukiskan cerita bersamamu
Di memorian catatanku
Kau yang mengutuhkan aku
Jangan pergi....
Kau yang mengutuhkan aku
Temani ku disini.....
Kau yang mengutuhkan aku
Tetap disini bersamaku
Hingga tiba saatnya
Orang-orang kan mengira
Rajut kisah kasih kita telah tertuangkan
Dalam pena yang berbicara
Kau yang mengutuhkan aku
Jangan pergi.....
Kau yang mengutuhkan aku
Wahai kau pangeran impianku :')

with love :)
syifani ghina nisrina :)

BILA "Aku ingin tahu"

Bila Maulana Muhammad,
Rasulullah yang mulia,
datang mengunjungi kita,
barang sehari atau dua.
Bila tiba-tiba kekasih Tuhan itu datang
tak disangka-sangka,
apakah yang akan kita lakukan?

Akankah kita menyediakan ruangan terbaik,
bagi tamu kita yang terhormat itu,
Maulana Muhammad Rasulullah SAW,
dan kita akan meyakinkannya
bahwa kita begitu berbahagia
dikunjungi olehnya. Melayaninya
adalah suatu kehormatan yang tak terkira.

Lalu apabila hari itu datang,
bila Maulana mengetuk pintu rumah kita
dan mulai menyapa dengan salam,
“Assalâmu’alaikum Warahmatullâhi Wabarakâtuh,”
Apakah kita akan menjawabnya
dengan kata-kata biasa, seperti keseharian kita,
“Hei Rasul, selamat malam! Duduklah! Apa kabar?”

Ini bila, bila Maulana Rasulullah yang agung itu,
pujaan kita, datang ke rumah kita,
apakah kita harus mengganti pakaian
sebelum menyilakannya masuk?
Mengganti penampilan
agar lebih sopan dan pantas,
atau bagaimana?

Lalu bila ia mulai melangkah masuk,
perlukah kita menyembunyikan seluruh
majalah dan koran-koran kuning
sambil mengedepankan Al-Quran
dari posisinya yang paling bawah
dan membersihkannya dari debu-debu
dan berkata, “Wahai Rasul,
ini Al-Quran ya Rasul,
setiap hari aku membacanya!”
Atau bagaimana?

Bila Rasulullah tersenyum ke arah kita,
sementara televisi menyala,
majalah-majalah terbuka, bagaimana?
Apakah kita akan segera
mematikan dan menutupnya?
Haruskah kita menjelaskan kepadanya,
“Ini majalah orang dewasa, wahai Rasul,
dulu tidak ada. Ini infotainment, ya Rasul.
Ini film Holywood!”
Atau bagaimana?

Ya, bila Rasulullah datang ke rumah kita,
mengetuk pintu rumah kita, bagaimana?

Bila ia mulai melangkah masuk ke rumah kita
bila ia tersenyum ke arah kita
bila ia menyapa kita
bila ia menyalami kita, bagaimana?

Bila pipi kita bersentuhan
dengan pipi-pipi sucinya
bila mata kita bertemu
dengan tatapan sucinya
bila telinga kita mendengar salam
dari lisan sucinya,
bagaimana?

Dan bila kita sedang mendengarkan
musik yang begitu indah
dan kita dengar musiknya mengentak,
lalu pinggul kita mulai bergoyang
seperti goyang penyanyinya yang telanjang
apakah kau akan berkata padanya,
“Musik, ya Rasul! This is music ya Rasul.
Rasul mau ikut berjoget? Enak ya Rasul?”
Atau bagaimana?

Rumit. Ya, Terlalu banyak
yang harus kita jelaskan kepadanya.
Tentang semuanya.

Ini bila,
bila Maulana Muhammad Rasulullah
mengunjungi kita, masihkah
kita memakai kata-kata lazim
yang selalu pedas dan kotor itu,
“Anjing! Goblok! Setan!”
Atau bagaimana?

Bila Rasulullah memutuskan
untuk bermalam di rumah kita,
akankah kita mengalami
kesulitan di saat makan?
Misalnya, untuk mengucapkan rasa syukur
dengan berkata, “Alhamdulillâhirabbil’âlamîn,”
Atau bagaimana?

Akankah kita kesulitan saat harus
mengucapkan ketakjuban kita
dengan berkata, “Subhanallah”
akankah kita kesulitan untuk menyesali
kesalahan kita dengan bekata,
“Astagfirullahaladzhim”
Atau bagaimana?

Atau masihkah kita
memakai kata-kata biasa,
Seperti kata-kata yang biasa
kita pakai di keseharian kita,
“Aduh, Anjing, Goblok!”

Lalu yang lebih menarik lagi,
mampukah kita bangun subuh
dari kebiasaan kita bangun siang?
Akankah kita berkata
pada Rasul yang mulia itu,
“Baginda Rasul, bagun pagi
adalah kebiasaan kami, ya Rasul.
Sebelum azan awal pun
kami sudah bangun, ya Rasul!
Kami tak usah dibangunkan mu’azin.
Shalat subuh adalah hobi kami!”
Atau bagaimana?

Dan apabila Rasulullah mengajak kita
berjalan-jalan di kota.
Ke mall, ke restoran,
ke toko-toko, ke seluruhnya.
Ke bioskop, ke bar, ke semuanya.
Ke tempat disko, di kota kita yang indah,
bagaimana?

Apakah kita akan menjelaskan kepadanya,
di toko, “Ya Rasul, ini pakaian dalam!
Ini pakaian luar, ya Rasul!”

Menarik bukan?
Kita harus menjelaskan semuanya!

Kalau kau berpikir suatu saat
Rasulullah datang mengunjungi kita...
Lalu bagaimana bila dua hari itu selesai
dan Maulana Rasulullah harus pulang?
Apakah kita akan berkata,
“Huh bebas! Akhirnya dia pulang juga! Merdeka!”
Atau bagaimana?

Kau, kalian, kita semua harus menjelaskannya!

Atau akankah kita menatap lekat punggungnya
dengan kesedihan luar biasa, bila Rasulullah Saw.
yang kita cintai itu lari,
bila tamu kita yang agung nan surgawi itu
pulang untuk selama-lamanya
dengan punggunggung yang menjauh,
menjelma sunyi, meninggalkan kita semua.
Bagimana?

Apakah kita akan membacakan
shalawat untuknya?
Bila “ya”, apakah kita
memang hafal bacaan shalawat?

Bila Rasulullah Saw. pulang
dari rumah kita, dan tak akan pernah
berkunjung lagi, akankah kita selalu rindu,
akankah kita menyesal
telah menyia-nyiakan kunjungannya
sambil bersenandung syahdu,
“Ya Rasul salâm ‘alaika…
Ya Nabi salam alaika...
Ya habîb salâm ‘alaika..
Shalawâtullâh ‘alaika…”
Atau bagaimana?

Bila ia datang, bila kita menjamunya
bila ia pulang, bila ia lari meninggalkan kita
bila ia tak akan berkunjung lagi ke rumah kita
bila kita tak akan menemuinya lagi
bila kita tak akan menatapnya lagi
bagaimana?

Ini bila
bila Rasulullah, Maulana Muhammad
datang ke rumah kita;
kau, kita, harus menjelaskan semuanya!


with love :)
syifani ghina nisrina :)