CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Kamis, 19 April 2012

Bila Waktu Tlah Berakhir

100 hari sebelum kematian – Ini adalah tanda pertama dari Allah kepada hambanya dan hanya akan disedari oleh mereka-mereka yang dikehendakinya. Walau bagaimanapun semua orang Islam akan mendapat tanda ini cuma sama ada mereka sedar atau tidak sahaja. Tanda ini akan berlaku lazimnya selepas waktu Asar. Seluruh tubuh iaitu dari hujung rambut sehingga ke hujung kaki akan mengalami getaran atau seakan-akan mengigil.
40 hari sebelum kematian – Tanda ini juga akan berlaku sesudah waktu Asar. Bahagian pusat kita akan berdenyut-denyut. Pada ketika ini daun yang tertulis nama kita akan gugur dari pokok yang letaknya di atas Arasy Allah. Maka malaikat maut akan mengambil daun tersebut dan mula membuat persediaannya ke atas kita antaranya ialah ia akan mula mengikuti kita sepanjang masa. Akan terjadi malaikat maut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas lalu dan jika ini terjadi, mereka yang terpilih akan merasakan seakan-akan bingung seketika.
7 hari sebelum kematian – Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan musibah kesakitan di mana orang sakit yang tidak makan secara tiba- tiba ianya berselera untuk makan.
3 hari sebelum kematian – Pada ketika ini akan terasa denyutan di bahagian tengah dahi kita iaitu di antara dahi kanan dan kiri. Jika tanda ini dapat dikesan maka berpuasalah kita selepas itu supaya perut kita tidak mengandungi banyak najis dan ini akan memudahkan urusan orang yang akan memandikan kita nanti. Ketika ini juga mata hitam kita tidak akan bersinar lagi dan bagi orang yang sakit hidungnya akan perlahan-lahan jatuh dan ini dapat dikesan jika kita melihatnya dari bahagian sisi. Telinganya akan layu dimana bahagian hujungnya akan beransur-ansur masuk ke dalam. Telapak kakinya yang terlunjur akan perlahan-lahan jatuh ke depan dan sukar ditegakkan.
1 hari sebelum kematian – Akan berlaku sesudah waktu Asar di mana kita akan merasakan satu denyutan di sebelah belakang iaitu di kawasan ubun-ubun di mana ini menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui waktu Asar keesokan harinya.
Hari kematian – Akan berlaku keadaan di mana kita akan merasakan satu keadaan sejuk di bahagian pusat dan ianya akan turun ke pinggang dan seterusnya akan naik ke bahagian halkum. Ketika ini hendaklah kita terus mengucap kalimah syahadah dan berdiam diri dan menantikan kedatangan malaikat maut untuk menjemput kita kembali kepada Allah yang telah menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan pula.

Mengapa Wanita Mudah Menangis :'(

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya pada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu menangis?". Ibunya menjawab, "Sebab aku wanita"."Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti...."

Kemudian anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis?, Ibu menangis tanpa sebab yang jelas". sang ayah menjawab, "Semua wanita memang sering menangis tanpa alasan". Hanya itu jawapan yang dapat diberikan ayahnya.

Sampai kemudian si anak itu tumbuh menjadi remaja, ia tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Hingga pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan, "Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?"

Dalam mimpinya ia merasa seolah Allah menjawab, "Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.

Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau kerap berulangkali ia menerima cerca dari anaknya itu. Kuberikan keperkasaan yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah saat semua orang sudah putus asa.

Kepada wanita, Kuberikan kesabaran untuk merawat keluarganya walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.

Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya dalam kondisi dan situasi apapun. Walau acapkali anak-anaknya itu melukai perasaan dan hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang mengantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didakap dengan lembut olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya melalui masa-masa sulit dan menjadi pelindung baginya. Sebab bukankah tulang rusuk yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak.

Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyedarkan bahawa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai isterinya. Walau seringkali pula kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap berdiri sejajar, saling melengkapi dan saling menyayangi.

Dan akhirnya Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan bila pun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya air mata ini adalah air mata kehidupan".




with love :)
syifani ghina nisrina :)

Ya Allah, Jika Aku Jatuh Cinta

Ya Allah...
Jika aku jatuh cinta
Cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu
Agar bertambah kekuatanku untuk mencintai-Mu
Ya Allah...
Jika aku jatuh hati
Tatutkan hatiku pada seseorang yang hatinya tertaut padamu
Agar tidak terjatuh dalam jurang cinta nafu
Ya Allah...
Jika aku diperbolehkan merasakan nikmatnya cinta
Janganlah cintaku sampai melebihi nikmatnya di sepertiga malamku
Ya Allah...
Jika aku diizinkan untuk merindui kekasih-Mu
Jangan sampai rasa rinduku melebihi rasa rindu pada-Mu
Ya Allah...
Jika aku diperbolehkan mendapatkannya
Jangan sampai aku berpaling dari-Mu
Ya Allah....
Pertenukanlah kami dalam sajadah cinta itu
Agar kami mampu menuju Ridho-Mu
Amin....
Semoga kita semua termasuk golongan yang dicintai oleh-Nya
Barokallohu Lana Lakum.. ALLAHUAKBAR!!!!!!!




with love :)
syifani ghina nisrina :)

Renungan


Dunia kini akan menjadi fana
Akhiratlah yang menuju singgasana
Itulah tahapan kehidupan manusia
Dari lahir hingga dewasa
Hingga Malaikat Israfil meniup sangsakala
Alam kubur, alam barzah
Yaumul Kiamah, Yaumiddin

Ingatkah oh manusia akan semua itu?
Adakah jiwa muliamu
Adakah hati Islammu
Adakah sikap istiqomahmu

Kini bumi kehilangan semua itu
Insan banyak yang takabbur
Insan banyak yang kuffur
Celakalah manusia, Celakalah

Bentengi hati dengan keimanan
Sucikan diri menghadap Illahi
Senantiasa tak ada yang kekal abadi
Kembalilah pada Islam yang hakiki



with love :)
syifani ghina nisrina :)

Sayap-sayap patah


Semua luka akan sembuh, tapi tidak semuanya akan hilang.

Beberapa luka akan menyisakan bekas—tanda bahwa sebuah peristiwa pernah ada. Memang tak ada lagi darah, nanah, daging yang koyak, atau kulit tersayat. Tapi jejak terlanjur terpacak dan manusia biasa tak bisa mengulang waktu untuk kembali ke masa lalu.

Benar, kita bisa melupakan saat-saat kita bersedih dan terluka, tetapi sakitnya tetap akan terkenang; dada yang perih, perasaan yang tak pernah cukup diwakilkan pada kata-kata. Barangkali sudah kering air mata, dan kita tak perlu menangis lagi, tetapi sensasi hangat yang menjalar di tebing pipi kita masih akan tetap terasa: saat-saat di mana kita jadi manusia yang lupa cara bicara.

Lalu pada saatnya kita akan tertidur, barangkali karena kelelahan. Dan ketika kita bangun, entah apa yang terjadi: dada kita sakit seperti baru saja dihantam ladam. Napas kita jadi berat, ada jerit yang menggumpal jadi sesak yang mengganjal di leher kita yang majal.

Sesungguhnya, di sanalah kita ingin sendiri: mengasingkan diri dari kebisingan, mengakrabi ruang-ruang hati milik kita masing-masing. Bukan untuk jadi pengecut: Kita ingin sendiri karena kita menyadari bahwa kita manusia biasa yang mungkin terluka.

Kita hanya ingin sendiri. Sendiri saja. Sesekali menangis tidak apa-apa. :)

Kebebasan tentang Cinta ♥


Barangkali kelak akan ada seseorang yang bertanya kepadamu, “Apa itu cinta?”—pertanyaan yang mungkin hampir setua usia manusia. Maka katakanlah: Cinta adalah kebebasan. Seperti burung-burung yang terbang melintasi langit luas, meninggalkan musim-musim kecemasan.

Pejamkanlah matamu, nyalakanlah imajinasimu, lihatlah burung-burung yang terbang dan bermigrasi: Cinta bukan tentang “bebas untuk” tetapi “bebas dari”. Demikianlah burung-burung mencintai langit seperti mereka mencintai kebebasan… bukan tentang bebas untuk terbang ke mana saja, tetapi bebas dari rasa cemas dan penderitaan yang harus mereka tinggalkan.

 jika cinta adalah kebebasan, bukan berarti kau bebas untuk melakukan apapun pada kekasihmu, tetapi bebas dari ancaman dan ketakutan untuk memilih siapapun yang ingin kau cintai. Bukan bebas untuk menjadi (si)apapun, tetapi bebas dari tekanan dan rasa cemas untuk menjadi (si)apapun. Bukan bebas untuk menindas dan melemahkan, tetapi bebas dari penindasan dan kelemahan. Bukan bebas untuk melakukan hal-hal di luar batas, tetapi bebas dari kegagalan untuk bertanggung jawab pada batas-batas antara dirimu dan kekasihmu. Ya, bukan bebas untuk melampiaskan nafsu dan memenuhi kepentinganmu sendiri, tetapi bebas dari rasa bersalah karena gagal membanggakan seseorang yang semestinya memang kau bahagiakan.

Maka bukalah matamu,tumbuhkanlah sayap-sayap cintamu: Terbanglah melampaui batas-batas cakrawala…

Kemudian rasakanlah: Aku mencintaimu,dengan kebebasan itu!

Jodoh yang sempurna "Kematian"


Konon, di suatu negeri yang tak diketahui namanya, para lelaki berusaha menemukan jodohnya dengan cara berjalan. Sementara para perempuan berusaha menemukan jodohnya dengan cara menunggu. Di sana, hukum yang berlaku sangat sederhana. Sebagaimana diceritakan turun-temurun selama ratusan generasi—

Setiap kali berjalan satu juta langkah, para lelaki akan menemui seorang perempuan. Di sisi lain, setiap seribu purnama penantian, para perempuan akan ditemui seorang laki-laki. Hanya ada lima kesempatan bagi masing-masing mereka. Setiap bertambah satu juta langkah dan menemui perempuan lainnya, para laki-laki tak bisa kembali ke belakang untuk menemui perempuan yang telah ia tinggalkan. Pun setiap kali bertambah seribu purnama, para perempuan tak bisa lagi memanggil laki-laki yang pernah ia tolak di seribu purnama sebelumnya. Mereka harus menentukan siapa jodohnya dalam waktu yang benar-benar tepat, sebab keterlambatan adalah malapetaka.

Ini kisah tentang seorang laki-laki yang terus berjalan… terus berjalan… dan terus berjalan…

Hingga pada saatnya ia telah menempuh sejuta langkah dan bertemulah ia dengan perempuan itu: seorang gadis baik hati yang pandai memasak. Pada pandangan pertama, si laki-laki menyukai si perempuan, begitu juga sebaliknya. Mereka berkenalan dan saling bertukar cerita. Konon, si gadis telah menunggu tiga ribu purnama untuk bertemu dengannya.

Jadi aku bukan yang pertama?” kata si lelaki.

Si perempuan mengangguk, “Yang pertama tidak selalu yang terbaik,” katanya.

Mendengar jawaban si perempuan, laki-laki itu memutuskan untuk pergi. Perjalananku masih jauh, pikirnya.

Ia pun menempuh satu juta langkah berikutnya. Dan bertemulah ia dengan perempuan itu: gadis baik hati yang pandai memasak dan berwajah cantik.

Mungkin kau yang akan jadi jodohku,” kata si laki-laki.

Si perempuan tersipu, tetapi memberikan jawaban yang agak mengecewakan, “Sebaiknya kita berkenalan dulu. Aku tak mau terburu-buru,” katanya, “Ini baru seribu purnama pertamaku.”

Si laki-laki yang kecewa terpaksa harus melanjutkan satu juta langkah ketiganya. Ia terkenang senyum gadis pertama, tetapi ia tak bisa kembali. Dan ia terus berjalan… terus berjalan…

Kaukah yang akan menjadi jodohku?” Pada akhirnya laki-laki itu bertemu dengan seorang perempuan yang memang jauh lebih baik dari dua perempuan yang telah ia temui sebelumnya: seorang gadis baik hati yang pandai memasak, cantik, dan berasal dari keluarga kaya raya.

Saat si gadis mengangguk, ada miliaran bunga yang meledak jadi semesta cinta di hatinya.

Hari demi hari berlalu, mereka pun menjadi sepasang kekasih. Tahun depan mereka merencanakan sebuah pernikahan.

Pernikahan kalian akan menjadi pernikahan paling akbar di kota ini,” kata Ayah si perempuan.

Si laki-laki yang berasal dari keluarga biasa pun harus bekerja keras untuk mewujudkan keinginan orangtua si perempuan.

Kalau kita sudah menikah, kita akan tinggal di sebuah rumah mewah berlantai tiga. Kita akan punya kolam renang, taman belakang, dan kebun tempat kita menanam dan menumbuhkan bunga-bunga,” si perempuan berusaha menjelaskan mimpi-mimpinya.

Pada titik tertentu, si laki-laki akhirnya menyadari bahwa jodoh ternyata bukan sekadar tentang menyatukan ‘dua hati’—tetapi juga dua rumah, dua keluarga, dua mimpi, dua kenyataan, dua harapan, dan seterusnya… Cinta tak sesederhana kata-kata ‘aku cinta kamu dan dunia harus mengerti itu’, cinta adalah ‘aku cinta kamu dan karenanya aku juga harus mengerti dunia-dunia sekelilingmu’.

Satu tahun berlalu, semua rencana mendadak tak tergambarkan. Dan mimpi-mimpi jadi makin samar.

Dalam lelah, si laki-laki akhirnya harus mengucapkan kalimat yang paling tak ingin ia ucapkan, “Aku belum siap, aku perlu satu tahun lagi untuk bekerja dan menebus mimpi-mimpi kita,” katanya.

Si perempuan menggeleng, dan menangis, “Kenyataannya, aku tak bisa lagi menunggu. Aku tak bisa menunggu hingga purnama ke lima ribu.” katanya.

Tersebab keadaan, merekapun berpisah. Si laki-laki terus berjalan… terus berjalan… kali ini makin lambat karena usianya makin bertambah dan tenaganya makin berkurang. Lagi pula, patah hati telah membuatnya tak bersemangat lagi…

Sesampainya di empat juta langkah perjalanan, seorang perempuan cantik, kaya, baik hati, taat beragama, dan pandai memasak menyambutnya. “Kaulah yang aku tunggu-tunggu,” kata si perempuan.

Di sanalah pikiran itu datang: Jika semakin jauh langkah yang kutempuh perempuan yang kutemui semakin sempurna, aku akan meninggalkannya untuk menemukan perempuan lain yang lebih baik lagi.

Si laki-laki pada akhirnya pergi meninggalkan perempuan itu, ia memutuskan menempuh sejuta langkah terakhirnya, kesempatan terakhirnya… Ia ingin menemukan jodohnya yang paling sempurna.

Detik-detik pun terus berguguran, jejak-jejak tertinggal, laki-laki itu telah menjadi makin tua… Dan ternyata, pada langkah ke lima juta, tak ada lagi perempuan cantik yang menunggunya!

Kecuali sebuah makam.

Maafkan,” demikian huruf-huruf tercetak sebagai epitaf di makam itu, “Jodoh paling sempurna yang aku tunggu ternyata bernama kematian.”

Di sanalah laki-laki itu tertawa, dalam sedihnya yang paling pilu, tanpa suara… “Maafkan,” katanya, “Jodoh paling sempurna yang kucari ternyata bernama kematian.”



with love :)
syifani ghina nisrina :)